Ekstrak Antosianin Dari Ubi Ungu (Ipomoea Batatas L.) Sebagai Pewarna Alami Pada Pemeriksaan Soil Transmitted Helminths (STH) Metode Natif (Direct Slide)
Keywords:
Ekstrak antosianin, Ubi ungu, Soil Transmitted HelminthAbstract
Helminthiasis atau kecacingan merupakan infestasi cacing yang disebabkan oleh beberapa spesies cacing parasit usus yang berbeda. Kelompok cacing ini termasuk kategori Soil Transmitted Helminth (STH) karena proses perkembangan telur atau larva dari spesies tersebut memerlukan tanah untuk berkembang menjadi bentuk yang infektif. Teknik pemeriksaan telur cacing Nematoda Usus yang paling sederhana adalah Metode Natif menggunakan reagen Eosin 2% dalam mengamati berbagai unsur pemeriksaan pada preparat/sediaan. Eosin sendiri memiliki sifat tidak mudah terurai, dan menimbulkan limbah yang berbahaya (toxic) serta mudah terbakar (flammable) sehingga diperlukan pewarnaan alternatif pengganti yang bersifat lebih ramah lingkungan. Ubi jalar ungu memiliki kandungan pigmen antosianin yang tinggi dan lebih stabil daripada pigmen stroberi, kubis merah, perilla dan tumbuhan lainnya. Dengan demikian, ubi jalar ungu telah dianggap sebagai sumber antosianin yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan ekstrak antosianin dari ubi ungu sebagai pewarna alami pengganti
pewarna eosin pada identifikasi STH metode natif. Parameter yang diamati pada sediaan/preparat yaitu kualitas kontras lapang pandang, daya serap warna pada permukaan parasit, serta tingkat kejelasan penampakan parasit. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan ekstrak antosianin dari ubi ungu pada konsentrasi 80% dapat mewarnai telur cacing STH yang di temukan pada sampel positif jenis ascaris lumbricoides terlihat dalam bentuk fertil (telur yang di buahi) dan infertil (telur yang tidak di buahi). Oleh karena itu, ekstrak antosianin yang diperoleh dari ubi ungu memiliki potensi sebagai pewarna alternatif pengganti eosin.